subscribe to RSS

EBOOK, BOOKS, FREE DDOWNLOAD E-BOOK, DOWNLOAD GRATIS, NOVEL AGATHA CHRISTIE, EBOOKS BISNIS

Goresan Mobil

Posted by Han on Friday, August 20, 2010

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.

"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu.

Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan.

Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele.

Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.

Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!" Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.

"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos dibengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa."Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.

"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.." Kini, ia mulai terisak.

Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.

"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya." Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam.

Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.

Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.

Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya.

Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya.

Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.

Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak.

Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Terlahir Sebagai Budak

Posted by Han on

Fred Douglas benar-benar memulai hidupnya tanpa apa-apa. Bahkan ia tidak memiliki dirinya sendiri ketika masih dalam kandungan ibunya. Sebagai anak budak belian, ia sudah dijadikan jaminan untuk melunasi hutang majikan orang tuanya. Ia jarang bertemu ibunya kecuali pada malam hari dimana ibunya harus berjalan sejauh dua belas kilometer hanya untuk bertemu anaknya selama satu jam.

Ia tidak mempunyai kesempatan belajar, karena pada jaman itu, para budak belian tidak diperbolehkan belajar menulis dan membaca. Namun, tanpa diketahui siapa pun, ia belajar membaca dan menulis. Dalam waktu singkat, ia sudah membuat malu teman-temannya yang berkulit putih dalam hal pelajaran.

Pada usia 21 tahun, ia melarikan diri dari perbudakan dan bekerja sebagai seorang pesuruh di New York dan New Bedford. Di Nantucket, ia berpidato, mendesak dihapuskannya perbudakan. Kesan yang ditimbulkannya sedemikian baik sehingga ia diangkat menjadi agen Lembaga Anti Perbudakan di Massachussetts.

Sementara ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memberikan ceramah, ia tetap belajar. Ia kemudian dikirim ke Eropa untuk berpidato dan menjalin persahabatan dengan beberapa orang Inggris yang kemudian memberinya 750 dolar untuk menebus kebebasannya sebagai seorang budak. Ia menerbitkan surat kabar di Rochester dan kelak memimpin New Era di Washington. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi kepala District of Columbia dan bisa menandingi setiap orang kulit putih mana pun.



Apakah keadaan Anda lebih buruk dari Fred Douglas pada waktu dilahirkan?




(Diadaptasi dari Orion Sweet Marden).

Entah Apakah Anda Berpikir, Anda Bisa Atau Tidak Bisa, Anda Benar

Posted by Han on

Di British Columbia, dibangun sebuah penjara baru untuk menggantikan penjara Fort Alcan lama yang sudah digunakan untuk menampung para narapidana selama ratusan tahun. Setelah para napi dipindahkan ke tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi bagian dari pasukan pekerja untuk mencopoti kayu, alat-alat listrik, dan pipa yang masih dapat digunakan dari penjara lama. Di bawah pengawasan para penjaga, napi-napi itu mulai melucuti dinding-dinding penjara lama.

Saat mereka melakukannya, mereka terperanjat oleh apa yang mereka temukan. Walaupun gembok-gembok besar mengunci pintu-pintu logam, dan batangan-batangan baja dua inci menutupi jendela sel-sel, dinding-dinding penjara itu sebenarnya terbuat dari kertas dan tanah liat, dicat sedemikian rupa sehingga menyerupai besi! Jika ada dari para narapidana yang memukul atau menendang dinding itu dengan keras, mereka dengan mudah dapat membuat lubang di situ, dan melarikan diri. Selama bertahun-tahun, bagaimanapun juga, mereka tinggal berjubel dalam sel-sel terkunci mereka, menganggap bahwa melarikan diri adalah sesuatu yang mustahil.

Tak seorang pun pernah MENCOBA melarikan diri, karena mereka BERPIKIR itu mustahil.

Saat ini, banyak orang merupakan tawanan rasa takut. Mereka tak pernah berusaha mengejar impian-impian mereka karena berpikir bahwa itu merupakan sesuatu yang mustahil.

Bagaimana Anda tahu bahwa Anda tak dapat berhasil bila Anda tidak mencoba?


Sumber: Motivasi Net

Dua Sifat

Posted by Han on

Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya mengapa dia mudah sekali tersinggung, gampang marah, tdk tenang dan selalu punya prasangka buruk terhadap orang lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya...

Sang kakek berkata,bahwa dalam diri manusia ada dua ekor serigala. Serigala yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah dan selalu punya prasangka buruk. Sedang serigala yang lain selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini selalu berkelahi.

Lalu siapakah yang menang? tanya si pemuda. Yang menang adalah yg setiap hari kau beri makan, kata sang kakek.

Friends...

Earl Natinghle pernah menuliskan "KITA ADALAH APA YANG KITA PIKIRKAN". Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan ttg diri kita. Kenapa sehh...pikiran itu begitu dahsyat pengaruhnya. Ternyata pikiran2 yg kita masukkan dalam diri kita akan mempengaruhi perilaku kita sehari2, prilaku akan membentuk watak, watak akan membentuk kebiasaan kita dan kebiasaanlah yang akan menentukan nasib kita.

Emang sih nasib manusia itu ditentukan sama Tuhan...btw...manusia juga punya kebebasan loh...menentukan nasibnya sebelum itu terjadi. Kan Tuhan ga akan merubah nasib umat-Nya kalo manusia itu sendiri ga mau merubahnya (kecuali kematian), ya toohhh...!!

So,start from thiz dayz mulailah memasukkan pikiran2 positif dalam diri kita juga pikiran2 besar. Setiap pagi sebelum memulai hari katakan pada diri kita "SAYA BISA,SAYA PASTI BISA...SAYA PASTI BISA MELAKUKANNYA. TIDAK ADA HAMBATAN SEBESAR APAPUN YANG DAPAT MENGHENTIKAN SAYA."

Well...
You'll see the words power.



By : Someone

Kisah Dua Ekor Kodok

Posted by Han on

Suatu hari dua ekor kodok masuk ke sebuah dapur. Mereka loncat kesana kemari. Akhirnya kodok-kodok enerjik ini mendarat di sebuah panci besar memuat susu segar.

Tentu saja mereka berusaha untuk keluar dari panci itu. Namun susu itu terlalu dalam sehingga mereka tak dapat memakai dasar panci sebagai pijakan untuk meloncat keluar. Dinding panci terlalu licin, dan bibir panci terlalu tinggi. Akhirnya mereka hanya berenang-renang di susu itu.

Lama kelamaan mereka lelah. Kodok yang satu merasa putus asa. Karena kelelahan dan harapan hidupnya yang telah patah, ia pelan-pelan tenggelam ke dasar panci. Kodok yang
satunya terus berusaha untuk menggerakkan keempat kakinya. Ia terus berenang di permukaan susu itu. Ia lelah tapi ia tak mau tenggelam. Ia terus ber-ikhtiar.

Ternyata apa yang ia lakukan itu tanpa sadar sama dengan yang dilakukan seorang pembuat mentega. Mentega akan terbentuk dan muncul di permukaan susu segar jika susu segar terus diaduk hingga berapa lama. Lama-kelamaan permukaan susu mengental dan akhirnya mengeras. Kodok itu akhirnya menemukan bahwa permukaan susu sekarang cukup keras dan kuat untuk menjadi landasan lompat. Lalu ia meloncat ke luar panic dengan selamat.

Banyak kisah yang mirip dengan kisah ini. Tapi, mudah-mudahan tidak mengurangi nilai kemanfaatannya.

Ciptakan Kehidupan, Bukan Sekedar Hidup

Posted by Han on

“Your successes and happiness are forgiven you only if you generously consent to share them. – Kesuksesan dan kebahagiaan akan sangat berarti jika kau mau berbagi dengan orang lain.” Albert Camus

Untuk dapat sekedar hidup, mungkin kita tidak perlu bersusah payah mencari peluang ataupun memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas dan manfaat diri kita. Namun sebagai mahluk yang paling spesial diantara mahluk ciptaan Tuhan YME, kita berkewajiban untuk mendapatkan kehidupan yang berarti. Kita harus berupaya semaksimal mungkin. Sebuah pepatah bijak menyebutkan, “Find a meaningful need and fill it better than anyone else. – Kejarlah sesuatu yang bermakna, dan gunakanlah setiap peluang yang ada secara lebih baik dari siapapun.”

Ada beberapa langkah untuk menjadikan kehidupan kita menjadi lebih berarti. Langkah pertama adalah memperbesar kemauan untuk belajar. Manusia mempunyai pikiran yang luar biasa, maka gunakan pikiran tersebut untuk belajar menciptakan kemajuan-kemajuan dalam hidup. Kita dapat belajar dari berbagai hal, diantaranya adalah belajar kepada pengalaman hidup, kegagalan, kejadian sehari-hari, orang lain dan sebagainya. Maka tingkatkan terus kemauan belajar.

Langkah kedua supaya kehidupan kita lebih berati adalah mencoba melakukan sesuatu agar lebih dekat dengan impian yang diidamkan. Bekerjalah lebih keras, lebih aktif atau produktif. Langkah ini sangat efektif dalam meningkatkan kemungkinan mendapatkan uang, kekayaan atau segala sesuatu yang berharga bagi manusia.

Satu hal yang patut dijadikan pedoman bahwasanya kerja keras itu bukan semata-mata mengejar 5 P, yaitu power (kekuasaan), position (posisi), pleasure (kesenangan), prestige (kewibawaan) dan prosperity (kekayaan). Setiap usaha yang hanya berorientasi kepada lima hal tersebut memang menjamin kesuksesan atau bahkan hasil yang melimpah ruah, tetapi tidak menjamin sebuah akhir yang menyenangkan. Contohnya adalah sebuah fakta tentang delapan orang miliarder di Amerika Serikat yang berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Illionis pada tahun 1923. Mereka adalah orang-orang yang sangat sukses, tetapi mengalami nasib tragis 25 tahun kemudian.

Salah seorang diantara mereka adalah Charles Schwab, CEO perusahaan besi baja ternama pada waktu itu, yaitu Bethlehem Steel. Tetapi Charles Schwab mengalami kebangkrutan total. Sehingga ia terpaksa berhutang untuk membiayai hidupnya selama 5 tahun sebelum meninggal. Yang kedua adalah Richard Whitney, President New York Stock Exchange. Namun pria ini ternyata menghabiskan sisa hidupnya dipenjara Sing Sing. Orang ketiga adalah Jesse Livermore, raja saham “The Great Bear” di Wall Street. Tetapi Jesse mati bunuh diri.

Orang ke empat adalah “The Match King”, Ivar Krueger, CEO perusahaan hak cipta, yang juga mati bunuh diri. Begitu juga dengan Leon Fraser, Chairman of Bank of International Settlement, ia mati bunuh diri. Yang keenam adalah Howard Hupson, CEO perusahaan gas terbesar di Amerika Utara. Tetapi ia sakit jiwa dan dirawat di rumah sakit jiwa hingga akhir hidupnya. Arthur Cutton sebelumnya adalah pemilik pabrik tepung terbesar di dunia, tetapi ia meninggal di negri orang lain. Sedangkan Albert Fall, waktu itu ia adalah anggota kabinet presiden Amerika Serikat. Namun ia meninggal di rumahnya di Texas ketika baru saja keluar dari penjara.

Di dunia ini tidak sedikit orang yang semula sangat sukses, tetapi merana di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka. Kehidupan mereka seakan-akan tidak berarti meskipun sebelumnya sangat kaya raya. Upaya terbaik memang dapat menghasilkan kesuksesan besar, tetapi bukan berarti merupakan jaminan sebuah akhir kehidupan sebagai manusia yang penuh arti.

Karena itu langkah berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengimbangi kerja keras dengan berbuat kebaikan. Seorang penulis pada abad 20-an yang berkebangsaan Perancis, André Gide, mendefinisikan kebaikan itu sebagai berikut; “True kindness presupposes the faculty of imagining as one’s own the suffering and joys of others. –Kebaikan yang sesungguhnya adalah kemampuan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan orang lain.”

Kerja keras yang diimbangi dengan berbuat kebaikan akan menghasilkan semangat yang tinggi untuk mendapatkan lebih dari apa yang dibutuhkan. Hal itu terdorong oleh keinginan untuk dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Pada akhirnya kebaikan tersebut berpengaruh positif terhadap semangat hidup, motivasi, dan kemajuan sikap dan ekonomi. James Allen, penulis buku berjudul As a Man Thinketh mengatakan, “Pemikiran serta perbuatan baik tidak mungkin mendatangkan hasil yang buruk; pemikiran dan perbuatan buruk tidak mungkin mendatangkan hasil baik.”

Dengan belajar, bekerja keras dan berbuat kebaikan maka kita akan dapat menciptakan kehidupan yang jauh lebih berarti. Langkah-langkah sebagaimana dijelaskan diatas terbukti juga sangat efektif menjadikan kesan positif tentang diri kita tidak mudah dilupakan orang. Saya meyakini bahwa kita masih mempunyai banyak kesempatan dan potensi untuk mendapatkan kehidupan berharga itu dimanapun dan apapun pekerjaan kita.






Sumber: Make A Life, Not Merely A Living - Ciptakan Kehidupan, Bukan Sekedar Hidup oleh Andrew Ho.

SEPOTONG ROTI PENEBUS DOSA

Posted by Han on Friday, August 13, 2010

Abu Burdah bin Musa Al-Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti."

Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.

Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu. Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti.

Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, karena disangka sebagai orang miskin. Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku." Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu!"

Sedekah

Posted by Han on

Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seseorang berkata, 'Sungguh saya akan menyedekahkan sesuatu pada malam ini.' Kemudian dia memberikan sesuatu itu pada tangan seorang pezina. Keesokan harinya orang-orang menceritakan bahwa dia bersedekah kepada seorang pezina.

Orang itu berkata, 'Ya Allah, segala puji kepunyaan Engkau yang telah menetapkan sedekahku bagi pelacur. Sungguh saya akan bersedekah lagi pada malam ini.' Kemudian dia meletakkan di tangan orang kaya.

Keesokan harinya orang-orang membicarakan bahwa pada malam itu dia bersedekah kepada orang kaya. Maka dia berkata, 'Ya Allah, kepunyaan Engkaulah segala puji yang telah menetapkanku bersedekah pada orang kaya. Sungguh, saya akan bersedekah lagi pada malam ini.'

Kemudian, dia pergi dan menyimpan sedekah ditangan pencuri. Maka dia berkata, 'Ya Allah, kepunyaan Engkaulah segala puji yang telah menetapkanku sedekah bagi pezina, orang kaya dan pencuri.'

Kemudian orang itu didatangi oleh seseorang seraya berkata kepadanya, 'Sedekahmu sudah diterima. Adapun sedekah yang sampai ke tangan pelacur, mudah-mudahan saja dia berhenti dari melacur; yang sampai orang kaya, mudah-mudahan saja dia mengambil pelajaran dan mau menginfakkan sebagian harta yang telah diberikan Allah kepadanya; dan yang sampai ke pencuri, mudah-mudahan saja menghentikan perbuatan mencurinya."

PERJALANAN

Posted by Han on

Saudariku tampak pucat dan kurus. Namun sebagaimana kebiasaannya, ia tetap membaca Al-Qur'an... Jika engkau mencarinya, pasti akan mendapatinya di tempat shalatnya, sedang rukuk, sujud dan mengangkat kedua tangannya ke atas langit... Demikianlah setiap pagi dan petang, juga di tengah malam buta, tak pernah berhenti dan tak pernah merasa bosan.

Sementara aku amat gemar membaca majalah-majalah seni dan buku-buku yang berisi cerita-cerita. Saya juga biasa menonton video, sampai aku dikenal sebagai orang yang keranjingan nonton. Orang yang banyak melakukan satu hal, pasti akan ditandai dengan perbuatan itu. Aku tidak menjalankan kewajibanku dengan sempurna. Aku juga bukan orang yang melakukan shalat dengan rutin.

Akupun kembali ke pembaringanku. Wanita itu memanggilku dari arah mushallanya. Apa yang engkau inginkan wahai Nurah?" Tanyaku. Dengan suara tajam saudariku itu berkata kepadaku: "Janganlah engkau tidur sebelum engkau menunaikan shalat Shubuh!

"Ah. Masih tersisa satu jam lagi, yang engkau dengar tadi itu baru adzan pertama..."

Dengan suaranya yang penuh kasih –demikianlah sikapnya selalu sebelum terserang penyakit parah dan jatuh terbaring di atas kasurnya- saudariku itu kembali memanggil: "Mari sini Hanna, duduklah di sisiku." Sungguh aku sama sekali tidak dapat menolak permintaannya, yang menunjukkan karakter asli dan kejujurannya... Tidak diragukan lagi, dengan pasrah, kupenuhi panggilannya.

"Apa yang engkau inginkan?" Tanyaku, "Duduklah." Ujarnya. Akupun duduk. "Apa gerangan yang akan engkau utarakan?" Dengan suara renyah dan merdu, ia berkata: "Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Masing-masing jiwa akan mati. Sesungguhnya kalian hanya akan dipenuhi ganjaran kalian di hari Kiamat nanti..."(Ali Imran: 185)

Dia diam sesaat. Kemudian bertanya kepadaku: Apakah engkau percaya pada kematian?" "Tentu saja aku percaya." Jawabku. "Apakah engkau percaya bahwa engkau akan dihisab terhadap perbuatan dosa besar maupun kecil...?" "Benar. Tetapi Allah itu Maha Pengampun, dan umur itu juga panjang..."Jawabku.

"Hai saudariku! Tidakkah engkau takut akan mati mendadak? Lihatlah si Hindun yang lebih kecil darimu. Ia tewas dalam kecelakaan mobil. Juga si Fulanah dan si Fulanah." Ujarnya.

"Kematian tidak mengenal umur, dan tidak dapat diukur dengan umur.." Ujarnya lagi.

Dengan suara ngeri aku menjawab ucapannya di tengah ruang mushallanya yang gelap:

"Sesungguhnya aku takut dengan kegelapan, sekarang engkau malah menakut-nakuti¬ku dengan kematian, bagaimana sekarang aku bisa tidur? Aku kira sebelumnya, engkau bersedia untuk bepergian ber¬samaku dalam liburan ini."

Tiba-tiba suaranya terisak dan hatikupun terenyuh: "Ke¬mungkinan, pada tahun ini aku akan bepergian jauh, kenegeri lain ... Kemungkinan wahai Hanna ... Umur itu di tangan Allah... Dan meledaktah tangisnya.

Aku merenung ketika ia terserang penyakit ganas. Para dokter secara berbisik memberitahukan kepada ayahku bahwa penyakitnya itu tidak akan membuatnya bertahan hidup lama. Tetapi siapa gerangan yang memberitahukan hal itu kepadanya? Atau ia memang sudah menanti-nantikan kejadian ini?

"Apa yang sedang engkau fikirkan?" Terdengar suaranya, kali ini begitu keras. "Apakah engkau meyakini bahwa aku menyatakan hal itu karena aku sedang sakit? Tidak sama sekali. Bahkan mungkin umurku bisa lebih panjang dari orang-orang yang sehat. Dan engkau sampai kapan masih bisa hidup? Mungkin dua puluh tahun lagi. Mungkin juga empat puluh tahun lagi. Kemudian apa yang terjadi?" Ta¬ngannya tampak bersinar di tengah kegelapan, dan dihentak¬kan dengan keras.

Tak ada perbedaan antara kita semua. Masing-masing kita pasti akan pergi meninggalkan dunia ini; menuju Surga atau Neraka ... Tidakkah engkau menyimak firman Allah: "Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung?" (Ali Imran: 185)

Semoga Pagi ini engkau baik-baik saja ..

Dengan bergegas aku berjalan meninggalkannya, semen¬tara suaranya mengetuk telingaku: "Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu. Jangan lupa shalat."

Jam delapan pagi, aku mendengar ketukan pintu. Ini bukan waktu kebiasaanku untuk bangun. Terdengar suara tangis dan hiruk pikuk ... Apa yang terjadi?

Kondisi Nurah semakin parah. Ayahku segera membawa¬nya ke rumah sakit. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi raaji'un.

Tidak ada tamasya pada tahun ini. Sudah ditakdirkan aku untuk tinggal di rumah saja tahun ini. Pada jam satu waktu Zhuhur, ayahku menelepon dari rumah sakit: "Kalian bisa menjenguknya sekarang, ayo lekas!"

Ibuku memberitahukan, bahwa ucapan ayahku terdengar gelisah dan suaranya juga terdengar berubah ... Jubah pan¬jangku kini sudah berada di tanganku ..

Mana sopirnya? Kamipun naik mobil dengan tergesa-¬gesa. Mana jalan yang biasa kulalui bersama sopirku untuk bertamasya yang biasanya terasa pendek? Kenapa sekarang terasa jauh sekali..., jauuuh sekali?! Mana lagi keramaian yang menyenangkan diriku agar aku bisa menengok ke kiri dan ke kanan? Kenapa sekarang terasa menyebalkan dan menyusahkan?

Ibuku berada di sampingku sedang mendoakan saudariku tersebut. Ia adalah wanita yang shalihah dan taat. Aku tidak pernah melihatnya menyia-nyiakan waktu sedikitpun ...

Kami masuk melewati pintu luar rumah sakit... Terdengar suara orang sakit mengaduh. Ada lagi orang yang tertimpa musibah kecelakaan mobil. Ada pula orang yang kedua matanya bolong... Tak diketahui lagi, apakah ia masih pen¬juduk dunia, atau penduduk akhirat? Sungguh pemandangan yang mengherankan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya ...

Kami menaiki tangga dengan cepat... Ternyata dia berada di dalam kamar gawat darurat. Saya akan mengantar kalian kepadanya... Perawat meneruskan perkataannya bahwa ia seorang putri yang baik sekali, dan dia menenangkan Ibuku:
"Sesungguhnya dia dalam keadaan baik setelah tadi menga¬lami pingsan ... ".

"Dilarang masuk lebih dari satu orang", demikian tertulis. "Ini kamar gawat darurat."

Melalui sela-sela beberapa orang dokter dan melalui celah-celah jendela kecil yang terdapat di kamar tersebut, aku melihat dengan kedua mata kepalaku sendiri saudariku Nurah sedang memandang ke arahku, sementara ibu berdiri di sampingnya ... Setelah dua menit kemudian, ibuku keluar tanpa bisa menahan air matanya ..

Mereka mengizinkanku masuk dan memberi salam kepa¬danya, dengan syarat, tidak boleh banyak berbicara kepada¬nya. "Dua menit, sudah cukup untuk saudari."

"Bagaimana kabarmu wahai Nurah?" tanyaku. Kemarin sore engkau baik-baik saja, apa yang terjadi pada dirimu?! Dia menjawabku setelah terlebih dahulu menekan tanganku. "Alhamdulilllah, aku sekarang baik-baik saja..." Ujarnya lagi. "Alhamdulillah ... tetapi tanganmu dingin?" Tanyaku ..

Aku duduk di sisi pembaringannya sambil mengelus-elus betisnya. Namun ia menyingkirkan betisnya dariku ... "Maaf, kalau aku mengganggumu ... Oh tidak, aku hanya sedang memikirkan firman Allah Subhanahu wa ta'ala: "Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau .. " (Al-Qiyaamah: 29-30)

Hendaknya engkau mendoakanku wahai saudariku Hanna, bisa jadi sebentar lagi aku akan menghadapi permu¬laan alam Akhirat. .. Perjalananku akan panjang, sementara bekalku amat sedikit ...

Air mataku kontan berderai dari kedua belah mataku begitu aku mendengar ucapannya. Aku menangis, tidak lagi sadar di mana aku berada. Kedua mataku terus mengalirkan air mata karena tangisan, sehingga ayahku justru lebih mengkhawatirkan kondisiku daripada Nurah sendiri. Mereka sama sekali tidak terbiasa mendengar tangisan ini dan mengurung diri di kamarku ..

Seiring tenggelamnya matahari, di hari yang penuh ke¬dukaan... Muncullah keheningan panjang di rumah kami... Tiba-tiba masuklah saudari sepupu dari pihak ibuku dan saudari sepupu dari pihak ayahku.

Kejadian-kejadian yang sangat cepat... Orang-orang ba¬nyak berdatangan. Suara-suara ributpun terdengar bersa¬hutan. Hanya satu yang aku ketahui: Nurah telah meninggal dunia

Aku tidak dapat lagi membedakan siapa yang datang. Akujuga tidak mengetahui lagi apa yang mereka ucapkan ....

Ya Allah. Di mana aku, dan apa yang sedang terjadi? Menangis pun, aku sudah tidak sanggup lagi.

Setelah itu mereka memberitahuku bahwa ayahku mena¬rik tanganku untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudariku, untuk terakhir kalinya. Aku juga sempat menci¬umnya. Aku hanya ingat satu hal: ketika aku melihatnya ditutupkan, di atas pembaringan maut. Aku ingat akan kata-¬katanya: "Ketika betis-betis bertautan," akupun mengerti, bahwa: "semuanya tergiring menuju Rabbmu .. "

Aku tidak ingat lagi bahwa aku pernah mengunjungi mushallanya, kecuali pada malam itu saja ... Yakni ketika aku teringat, siapa yang menjadi pasanganku di rahim ibuku. Karena kami adalah dua anak kembar. Aku ingat, siapa yang selalu menemaniku dalam kedukaan. Aku ingat, siapa yang selalu menghilangkan kegundahanku. Siapa pula yang mendoakan diriku untuk mendapatkan petunjuk? Siapa pula yang berlinang air matanya sepanjang malam, ketika ia mengajakku berbicara tentang kematian, dan tentang hari hisab. Allah-lah yang menjadi tempat memohon pertolong¬an.

Inilah hari pertamanya di alam kubur. Ya Allah, berikan¬lah rahmat kepadanya di dalam kuburnya. Ya Allah berilah dia cahaya di dalam kuburnya.

Ini dia mushaf Al-Qur'annya, dan ini sajadahnya. Ini, ini dan ini lagi. Bahkan ini, ini adalah rok merahnya yang per¬nah dia nyatakan: akan kusimpan, untuk hari pernikahanku nanti!!

Aku juga ingat, dan akupun menangisi hari-hari yang telah berlalu itu. Aku terus saja menangis dan menangis berkepanjangan. Aku berdoa kepada Allah, agar memberi rahmatNya kepadaku, memberi taubat dan mengampuni diriku. Aku juga berdoa semoga saudariku itu mendapatkan keteguhan dalam kuburnya, sebagaimana juga yang sering menjadi doanya.

Secara tiba-tiba, aku bertanya kepada diriku sendiri: Bagaimana bila yang meninggal dunia adalah diriku? Ke mana kira-kira tempat kembaliku? Aku tidak mampu men¬cari jawaban karena besarnya rasa takut yang mencekam diriku. Meledaklah tangisku dengan keras ...

Allahu Akbar, Allahu Akbar. Adzan Shubuh pun berku¬mandang. Namun betapa merdunya terdengar kali ini.

Aku merasakan ketenangan dan ketentraman. Akupun mengulangi apa yang diucapkan oleh sang muadzin. Aku melipat selimutku dan berdiri tegak untuk melaksanakan shalat Shubuh. Aku shalat, bagaikan orang yang melakukan¬nya untuk terakhir kali, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh saudariku dahulu. Dan ternyata, itu memang shalatnya yang terakhir.

Bila datang waktu sore, aku tidak lagi menunggu waktu pagi. Dan bila datang waktu pagi, aku tidak lagi menunggu waktu sore ...

PERANG BADAR KUBRA BAG.4 (JALANNYA PERTEMPURAN)

Posted by Han on

Setelah al-Aswad terbunuh, 3 orang pasukan berkuda Quraisy maju ke depan seraya menantang pasukan muslimin untuk melakukan pertempuran satu lawan satu. Ketiganya adalah Utbah ibn Rabi'ah serta saudaranya, Syaibah ibn Rabi'ah, dan Walid ibn Utbah. Maka, majulah dari pihak pasukan muslimin 3 pemuda Anshar. Mereka adalah Auf ibn Harits, Muadz ibn Harits (ibu keduanya adalah Afra) dan Abdullah ibn Rawahah.

Akan tetapi, pasukan Quraisy menolak ketiga orang tersebut. Mereka meminta berlempur dengan anak paman-paman mereka dari kalangan Muhajirin. Maka, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan Ubaidah ibn Harits, Hamzah, dan Ali untuk melawan mereka satu lawan satu. Pada saat itu, Hamzah bertugas melawan Utbah, Ubaidah melawan Walid, dan Ali melawan Syaibah. Akhirnya, Ali dan Hamzah berhasil membunuh kedua lawan mereka. Kemudian keduanya membantu Ubaidah, karena keduanya memperkirakan bahwa Walid yang akan memenangkan pertempuran atas Ubaidah.

Tentang keenam orang yang bertanding satu lawan satu itu, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, "Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka." (QS. Al-Hajj: 19)

Setelah pertandingan satu lawan satu usai, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam meminta Ali untuk memberikan segenggam kerikil kepada beliau. Lantas, Ali pun memberikan segenggam kerikil kepada Rasulullah. Dan sesaat kemudian, beliau langsung melemparkannya ke muka pasukan Quraisy. Akibatnya, setiap orang Quraisy yang terkena lemparan itu, kedua matanya penuh dengan kerikil. Karena kejadian ini, turunlah firman Allah: "Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (QS. Al-Anfal: 17)

Kaum muslimin, saat itu, terjun ke medan pertempuran dengan bermodalkan kekuatan iman yang sangat besar. Lalu, dengan penuh keyakinan mereka menyerang kaum musyrikin Quraisy dan satu persatu berhasil membunuh pemimpin-pemimpin Quraisy. Bahkan, juga menurunkan balatentara perang-Nya yang terdiri dari para malaikat untuk membantu kaum muslimin dan melenyapkan musuh-musuh mereka. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya, "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (1ngatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin, 'Apakah tidak cukup bagi kamu, Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?' ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 123-126)

Kemudian, Allah juga menurunkan ayat: "(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan¬Nya bagimu, 'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan dari pada¬Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)."(QS. Al-Anfal: 9-11)

Setelah itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "(1ngatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.' Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang¬-orang kafir, maka penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (QS. Al-Anfal: 12)

Hal senada juga banyak diriwayatkan dalam hadis-hadis. Di dalam Al-Musnad (2/194,Syakir) diriwayatkan: Ketika seorang tentara muslim akan menyerang seorang tentara musyrik di depannya, tiba-tiba ia mendengar pukulan cemeti di atasnya dan suara seorang penunggang kuda berkata, "Majulah Haizum!' Sesaat kemudian, tentara musyrik yang akan diserangnya sudah tersungkur ke tanah. Lalu, ia mencoba melihatnya dari dekat. Maka, ia melihat hidung tentara musyrik sudah lenyap dan wajahnya hancur seperti terkena pukulan cemeti. Setelah peristiwa tersebut, datanglah seorang Anshar kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Beliau menjawab, 'Aku mempercayainya. Karena itu merupakan pertolongan dari langit ketiga'."

Sementara itu, Ahmad (Bukhari/al-Fath 15/181/no:3995) menceritakan: Seorang laki-laki Anshar berperawakan pendek datang dengan membawa Abbas sebagai tawanan. Di hadapan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam, Abbas berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya orang ini (seraya menunjuk pada orang Anshar tadi) bukan yang menawanku. Aku ditawan oleh seorang laki-laki botak, tetapi sangat tampan dan ia menunggang seekor kuda belang. Sungguh, belum pernah aku melihat orang seperti itu di pasukanmu)." Maka, orang Anshar tadi menyela, "Ya Rasulullah, akulah yang telah menawannya." Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam spontan berkata, "Diam ... Allah telah memberikan kekuatan kepadamu dengan bantuan para malaikat yang mulia."

Umawi (Bukhari/al-Fath 15/180/no:3995) menuturkan: Saat berada di dalam kemahnya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam mengangguk sebanyak satu kali (seperti terserang rasa kantuk) kemudian tersadar. Setelah itu, beliau berkata kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, kabarkanlah berita gembira ini. Sesungguhnya bantuan Allah telah datang kepadamu. Aku melihat Jibril tengah melipat penutup kepalanya, mengambil tali kendali kudanya, dan akan mengendarainya ke tengah-tengah peperangan yang tengah bergejolak. Sungguh, bantuan dan pertolongan Allah telah datang kepadamu."

Selain itu, beberapa hadis juga ada yang meriwayatkan keikut¬sertaan para malaikat dalam perang badar ini, sekalipun tidak menyebutkannya secara langsung. Bukhari (Al-Mutadrak 3/361) misalnya, ia meriwayat¬kan bahwa pada saat perang Badar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Itu adalah Jibril. Ia telah memegang kepala kudanya seraya menenteng senjata."

Di dalam riwayat lain, Bukhari (diriwayatkan Ibnu Ishaq tanpa silsilah periayatan-Ibnu Hisyam 2/336) menuturkan: Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,"Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Mereka adalah orang muslim terbaik." Maka, Jibril berkata, "Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka adalah termasuk muslim terbaik. "

Dalam perang Badar ini, banyak sekali tentara kaum muslimin yang mendapatkan karamah dan pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Salah satunya adalah yang dialami oleh Ukkasah ibn Mihshan. Syahdan, ia berperang dengan mempergunakan pedangnya hingga pedang itu patah. Maka, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam memberikan kepadanya sebatang kayu sebagai ganti pedangnya agar ia terus bertempur. Namun, tiba-tiba kayu itu berubah menjadi pedang yang berukuran panjang, sangat kuat, dan mengkilat. Lalu, Ukkasah mempergunakan pedang tersebut pada perang Badar dan perang-perang yang lainnya hingga akhirnya mengantarkan Ukkasah pada pintu kesyahidan. Peperangan terakhir yang ia ikuti adalah perang Yamamah. Saat itulah ia gugur sebagai syahid.

Sementara itu, seorang Iblis yang sebelumnya menyamar sebagai Suraqah ibn Malik, saat melihat keganasan para malaikat dan kaum muslimin terhadap para tentara musyrikin, ia melarikan diri dan kemudian menceburkan diri ke lautan

Selain itu, kita juga harus melihat firman Allah, "Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, 'Tidak ada seorang manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.' Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, 'Sesungguh¬nya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah.' Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al¬Anfa!: 48)

PERANG BADAR KUBRA BAG.3 (SEBELUM DIMULAI PEPERANGAN)

Posted by Han on

Dikisahkan, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam terlebih dahulu sampai di sumber mata air Badar dan memutuskan untuk berhenti di tempat itu. Dan itu merupakan bagian dari strategi agar pasukan kaum muslimin dekat dengan sumber air. Melihat hal itu, Habab ibn Mundzir berkomentar, "Wahai Rasulullah! Mengapa engkau memilih tempat ini sebagai pemberhentian kita? Apakah tempat ini memang telah ditentukan Allah kepadamu dan kita tidak dapat memajukan atau mengundurkannya sedikitpun, ataukah ini adalah bagian dari pendapat, strategi, dan siasat perang?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Ini hanyalah sekedar pedapat, stategi, dan taktik perang."

Maka Habab berkata, "Wahai Rasulullah, jika demikian halnya, aku juga ingin mengemukakan pendapatku. Menurutku, tempat ini tidak tepat untuk kita berhenti. Sebaiknya kita terus berjalan hingga sampai di mata air yang paling dekat dengan perkemahan bangsa Quraisy. Setelah itu, kita duduki tempat tersebut dan kita hancurkan seluruh sumur yang ada di seberangnya dan menjadikannya kolam penampungan air. Lalu, kita penuhi kolam itu dengan air dan kita baru menyerang mereka. Dengan begitu, niscaya kita akan dapat minum air itu sedang mereka sama sekali tidak bisa meminumnya." Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam berkata, "Pendapatmu sangat bagus!" Kemudian, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam pun menjalankan taktik yang ditawarkan oleh Habab ibn Mundzir radhiallahu 'anhu. Petunjuk yang diberikan oleh Habab ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan riwayat munqathi' -Ibnu Hisyam (2/312-313), atau dengan riwayat mursal dan terhenti pada Urwah sebagaimana yang tertulis dalam al-Ishabah (1/302), Hakim (3/446-447). Riwayat tersebut dinilai sebagai hadis munkar oleh Dzahabi dan Umawi sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Katsir di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah (3/293) dengan silsilah periwayatan yang munqathi' (terputus).

Ketika mereka telah berhasil menduduki tempat yang dimaksud, Sa'ad ibn Muadz berkata kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam, "Wahai Nabi Allah! Tidakkah kami perlu membangun kemah khusus untuk tempat istirahatmu, menyiapkan hewan kendaraanmu dan kemudian kita baru menyerang musuh kita? Sungguh, seandainya Allah memberikan kemenangan dan kejayaan kepada kita atas musuh-musuh kami, maka itulah yang kami inginkan. Namun, bila kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, maka engkau sudah siap untuk menyelamatkan diri dan menemui kaum kita. Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada beberapa kaum yang menantimu di tanah air kita dan kecintaan mereka terhadapmu lebih besar dari kami. Sehingga, bila mereka mendengar bahwa engkau berperang, niscaya mereka pun tidak akan tinggal diam. Allah pasti akan melindungimu dengan mereka. Sebab mereka pasti akan memberimu pertimbangan dan senantiasa berjuang di belakangmu." Maka, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam pun menyepakati usulan Sa'ad tersebut.

Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa saat terjadinya perang Badar tersebut, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam ikut berperang aktif dan terlibat langsung dalam pertempuran. Jadi, beliau tidak hanya berada di dalam kemah dan berdoa saja sebagaimana dipahami oleh sebagian ahli sejarah.

Ahmad menuturkan: Ali radhiallahu 'anhu menceritakan, "Kalian tentu telah menyaksikan bagaimana kami pada saat pecahnya perang Badar. Saat itu, kami berlindung di belakang Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam, sedang beliau terus membawa kami mendekati musuh. Dan beliau adalah orang yang paling berani ketika itu."

Dengan isnad yang sama, sebuah hadis lain menuturkan, "Ketika keberanian mulai memuncak pada saat perang Badar, kami terus bergerak bersama-sama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam Bahkan, beliau adalah orang yang paling berani. Terbukti, tidak ada satu pun kaum muslimin yang paling dekat dengan musuh selain beliau."

Muslim meriwayatkan: Pada perang Badar, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam berkata kepada para sahabatnya, "Jangan ada seorang pun di antara kalian bergerak sebelum aku memberi komando." Ibnu Katsir berkata, "Beliau terjun dan terlibat langsung dalam pertempuran itu dengan segenap jiwa dan raga. Demikian halnya dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Sehingga, keduanya tidak hanya berjuang dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah di dalam kemah saja, tetapi juga turun ke medan pertempuran dan bertempur dengan mengerahkan segala daya dan upaya."

Demikianlah, setelah pada siang harinya mengerahkan segala kemampuan dan daya upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk memenangkan pertempuran, pada malam harinya beliau menghabis¬kan waktunya untuk terus berdoa dan memohon kepada Allah untuk memberikan kemenangan terhadap pihak tentara Islam. Adapun salah satu doa beliau saat itu adalah seperti yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim berikut: "Ya Allah, sempurnakanlah kepadaku segala apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa-apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam, tentulah Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi ini."

Sebuah riwayat mengatakan: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam terus berdoa sampai kain sorbannya terjatuh dari kedua pundak beliau. Kemudian, Abu Bakar datang menghampiri beliau, mengambil sorban beliau yang terjatuh dan kemudian memakaikannya kembali ke pundak beliau. Setelah itu, ia pun melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam di belakangnya. Setelah itu, Abu bakar berkata, "Wahai Nabi Allah, tidakkah sudah cukup permohonanmu kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, karena sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi seluruh janji-Nya kepadamu?" Maka Allah berfirman,"(lngatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, 'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut'." (QS. Al-Anfal: 9) Dan benar, esok harinya, Allah mengirimkan bala bantuan kepada mereka berupa pasukan tentara malaikat."

Adapun doa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam pada saat perang Badar yang diriwayatkan oleh Bukhari adalah:"Ya Allah, hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (membuat hamba kalah), Engkau tidak akan disembah setelah hari (peperangan) ini."

Riwayat lain menceritakan: Lalu Abu Bakar memegang tangan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan kemudian berkata, "Sudahlah Rasulullah, engkau sudah meminta dan mendesak Tuhanmu tanpa henti!" Esok harinya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam mempergunakan baju besi dan kemudian keluar dari kemahnya seraya berkata, "Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang." (QS. Al-Qamar: 45)

Ibnu Hatim menceritakan: Ikrimah berkata, "Ketika diturunkannya ayat ' ... golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang ... ', Umar berkata alam hati, "Golongan manakah yang akan dikalahkan itu?"

Umar radhiallahu 'anhu juga menceritakan: Ketika perang Badar dimulai, aku melihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam mempergunakan baju besi sambil berkata, Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang." Maka, aku segera mengetahui maksud ucapan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam tersebut."

Pada hari Jum'at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 hijriah, tepatnya ketika kedua belah pihak (muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam berdoa kepada Allah seraya berkata: "Ya Allah, itulah kaum Quraisy yang telah datang dengan sombong dan congkaknya. Mereka memusuhi-Mu, menyalahi perintah-perintah¬Mu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku hanya meminta pertolongan yang telah Engkau janjikan kepada hamba. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!"

Setiap kali akan berangkat bertempur, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam selalu terlebih dahulu merapatkan barisan pasukan kaum muslimin. Dia melakukan inspeksi barisan seraya menggenggam sebuah anak panah. Saat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam sedang melakukan pemeriksaan barisan, tiba-tiba beliau menekankan anak panah beliau ke perut Sawad ibn Ghaziyyah. Pasalnya, waktu itu ia agak sedikit keluar dari barisan. Beliau berkata kepadanya, "Sawad, luruskan barisanmu!" Sawad pun menjawab, "Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka bolehkah aku membalas¬mu?" Maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam membuka bagian perut beliau seraya berkata, "Lakukanlah!" Akan tetapi, Sawad ternyata tidak jadi membalas, tetapi justru memeluk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan mencium bagian perut beliau. Dengan heran, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bertanya, "Apa yang membuatmu seperti ini, Sawad?" Sawad menjawab, ''Wahai Rasulullah, seperti itulah yang aku inginkan. Sesungguhnya aku telah berharap agar mati setelah bisa menyentuhkan kulitku dengan kulitmu." Lantas, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam pun mendoakan Sawad dengan hal yang baik-baik.

Setelah itu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam memberikan berbagai arahan dan pengarahan kepada pasukan muslim tentang berbagai hal yang berkaitan strategi dan siasat mereka hari itu. Beliau berkata, "Apabila mereka mendekati kalian, maka serang mereka dengan anak panah kalian dan jangan sampai didahului oleh mereka! Ingat, jangan sampai kalian melupakan pedang kalian hingga kalian lengah dan dapat dirobohkan."

Setelah berpesan demikian, beliau lantas mengobarkan semangat pasukan muslimin dengan berkata, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di genggaman-Nya, setiap orang yang berperang melawan mereka (pasukan Quraisy) pada hari ini, kemudian mati dalam keadaan tabah, mengharapkan keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, pasti akan dimasukkan ke dalam surga. "

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan bahwa ketika kaum musyrikin telah mendekat, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam berkata, "Bangkitlah kalian untuk menuju surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi." Mendengar ucapan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam tersebut, Umair ibn Humam al-Anshari berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah benar surga memiliki luas seperti luas langit dan bumi?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Benar." Dengan terkagum-kagum, Umair berucap, "Oh, betapa besarnya surga itu!" Lalu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bertanya kepada Umair, "Mengapa engkau berkata demikian?" Umair menjawab, "Tidak, Rasulullah. Demi Allah, aku hanya berharap menjadi bagian dari penghuninya." Beliau berkata, "Engkau akan menjadi salah satu penghuninya. "

Kemudian, ia mengeluarkan beberapa butir kurma dan mema¬kannya. Setelah itu, ia berkata, "Seandainya aku masih hidup dan dapat memakan kurma-kurma ini, maka itu adalah kehidupan yang sangat panjang." Lalu ia melemparkan kurma yang ada di gengga-mannya dan kemudian menjadi beringas bertempur sampai akhirnya terbunuh.

Auf ibn Harits (putra Afra) berkata, ''Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tersenyum saat melihat hamba-Nya?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Ketika tangan seorang hamba itu menceburkannya ke tengah-tengah musuh tanpa mempergunakan pelindung." Maka, seketika itu juga Auf membuka pakaian besi yang melindunginya, dan kemudian melemparkannya. Setelah itu, ia menghunus pedangnya dan bertempur di medan perang sampai terbunuh."

Sebelum dimulainya peperangan, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam meminta kepada para sahabatnya untuk tidak membunuh orang-orang dari Bani Hasyim dan beberapa orang lainnya. Pasalnya, mereka ikut mening¬galkan kota Mekah dan berperang karena dipaksa. Dan di antara mereka yang disebutkan namanya oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam adalah Abu Bukhtari ibn Hisyam (salah satu orang yang pergi ke Ka'bah untuk merobek surat pemboikotan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin dan ia sama sekali tidak menyakiti Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam) dan Abbas ibn Abdul Muthalib.

Ketika Abu Hudzaifah mendengar perintah itu, ia berkata, "Apakah kami harus membunuh bapak-bapak, anak-anak, saudara¬-saudara, dan keluarga kami, sementara kami harus membiarkan Abbas hidup? Demi Allah, bila aku bertemu dengannya, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang." Akhirnya, ucapan tersebut sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam Maka, beliau pun berkata kepada Umar, "Wahai Abu Hafshah, benarkah ia akan memukul wajah paman Rasulullah dengan pedang?" Umar berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk memenggal lehernya dengan pedang. Demi Allah, ia telah berbuat kemunafikan." Sementara itu, beberapa waktu kemudian, Abu Hudzaifah berkata, "Aku merasa tidak tentram dengan kata-kataku saat itu. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa takut, kecuali bila aku sudah menebusnya dengan kesyahidan." Maka, akhirnya Abu Hudzaifah pun mati syahid pada perang Yamamah.

Dikisahkan bahwa sebelum peperangan dimulai, Asad ibn Abdul Asad al-¬Makhzumi keluar dari pasukan Quraisy seraya berkata, "Demi tuhan, aku sungguh-sungguh akan meminum air kolam mereka, akan merusaknya (kolam air), atau mati di hadapannya." Maka, ketika ia sudah mendekat, Hamzah pun merintanginya dan menyerangnya. Hamzah berhasil memukulnya hingga kakinya retak. Akan tetapi, Asad masih terus merangkak menuju ke kolam guna memenuhi sumpahnya dan Hamzah terus mengikutinya, memukul, dan akhirnya membunuhnya di depan kolam tersebut.

Sumber: As-Sirah an-Nabawiyyah fii Dhau'I al-Mashaadir al-Ashliyyah: Diraasah Tahliiliyyah

PERANG BADAR KUBRA BAG.2 (SEBELUM DIMULAI PEPERANGAN)

Posted by Han on

Di tengah perjalanan, tepatnya di lembah al-Wabirah, seorang laki-laki musyrik datang menjumpai beliau. Ia terkenal sebagai seorang pemberani dan kuat. Ia meminta kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam agar diperbolehkan bergabung dengan pasukan muslimin untuk berperang. Akan tetapi, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Pulanglah! Aku tidak akan pernah meminta pertolongan kepada seorang musyrik." Pada saat beliau berada di dekat pohon. Laki-laki ini mengungkapkan keinginannya untuk kedua kali. Pada saat beliau tengah berada di padang pasir, laki-laki ini kembali mendatanginya dan mengungkapkan keinginan¬nya untuk yang ketiga kali. Akan tetapi, beliau tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Akhirnya, laki-laki tersebut masuk Islam dan beliau pun baru mengizinkannya ikut bergabung.

Ketika hampir sampai di Shafra, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam mengutus Basbas al-Juhni dan Adi ibn Abi Zaghaba al-Juhni ke Badar untuk mengecek dan mencari informasi tentang Abu Sufyan dan kafilah¬nya.

Riwayat lain menuturkan: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar sendiri yang berangkat untuk melakukan tugas pengintaian ini. Lantas, keduanya dengan seorang lelaki tua. Kepada orang itu, keduanya menanyakan keadaan pasukan kaum Quraisy. Namun, orang itu meminta agar beliau dan Abu Bakar mengatakan terlebih dahulu siapa mereka sebenarnya. Keduanya sepakat dengan syarat itu, tetapi setelah orang itu memberikan informasi yang mereka inginkan. Maka, laki¬-laki itu mengabarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bahwa pasukan Quraisy telah mendengar kedatangan Muhammad dan para sahabatnya pada hari 'ini' dan 'itu'. "Apabila kalian ingin membuktikan, silahkan lihat mereka (kaum muslimin) di tempat 'ini'(tempat kaum muslimin saat itu berkemah)," ucapnya. Kemudian ia menambahkan, "Bila kalian ingin melihat keberadaan pasukan Quraisy, datanglah ke tempat ini (tempat kaum Quraisy berkumpul waktu itu)."

Setelah itu, orang itu berkata, "Nah, sekarang katakanlah, dari mana kalian berdua ini?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Kami dari daerah perairan." Kemudian keduanya langsung beranjak pergi meninggalkan orang itu penuh penasaran. "Dari daerah perairan? Apakah mereka dari Irak?" tanyanya dalam hati.

Pada sore harinya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam mengutus Ali, Zubair, dan Sa'ad ibn Abi Waqqash dengan disertai beberapa orang sahabat untuk mencari informasi tentang gerakan dan keadaan musuh. Kemudian, di sebuah mata air mereka bertemu dengan dua orang pemuda yang bertugas menyediakan air minum pasukan Mekah. Maka, mereka pun membawa kedua pemuda itu ke hadapan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam Namun, saat itu beliau tengah melaksanakan shalat. Akhirnya, kedua pemuda itu langsung diinterogasi oleh para sahabat. Ketika ditanya tentang siapa mereka, keduanya mengaku sebagai penyedia air minum Pasukan Quraisy. Namun, para sahabat belum percaya dengan jawaban kedua pemuda tersebut. Bahkan, mereka mengira keduanya telah berbohong. Sebab, mereka masih meyakini keduanya adalah budak milik Abu Sufyan. Pasalnya, saat itu pikiran dan bayangan para shahabat masih tertuju kepada kafilah dagang Quraisy. Lantas, mereka pun beramai¬-ramai memukuli dua pemuda itu hingga dengan terpaksa mengaku sebagai budak milik Abu Sufyan.

Selesai shalat, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjumpai para sahabatnya dan mencela perbuatan mereka. Sebab, mereka justru memukuli keduanya saat berkata jujur dan membiarkan keduanya ketika berdusta. Kemudian, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menanyakan kepada keduanya tentang tempat pasukan Mekah berada. Kedua pemuda itu menjawab, "Mereka berada di balik bukit pasir ini, tepatnya di bibir lembah yang paling ujung."

Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menanyakan jumlah dan kesiapan tentara Quraisy, keduanya tidak dapat mengatakannya dengan pasti. Keduanya hanya mengatakan, bahwa setiap hari mereka menyembelih unta dan kambing antara sembilan sampai sepuluh ekor. Dari sini, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyimpulkan bahwa jumlah mereka sekitar sembilan ratus sampai seribu tentara. Selain itu, kedua budak laki-laki tersebut memberitahukan kepada beliau nama-nama pembesar Mekah yang ada di dalam pasukan Quraisy.

Maka, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam berkata kepada para sahabatnya, "Itulah Mekah. Ia telah melemparkan kepada kalian potongan-potongan hatinya." Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam mengatakan hal itu seraya menunjuk pada tempat-tempat yang akan menjadi tempat terbunuhnya pemimpin bangsa Quraisy. Dan kemudian terbukti, tempat kematian mereka tidak jauh dari yang ditunjukkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam

Pada malam harinya, Allah menurunkan hujan untuk mensuci¬kan kaum muslimin dan menaklukkan bumi di bawah kaki mereka. Sebaliknya, hujan tersebut menjadi bencana besar bagi kaum musyrikin. Dalam menggambarkan kondisi pada waktu itu, Allah berfirman: "Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. Al-Anfal: 11)

Salah satu nikmat yang juga telah Allah berikan kepada kaum muslimin adalah rasa kantuk yang menjadikan mereka merasa tentram dan tenang, sebagaimana yang tertulis pada awal ayat yang menje¬laskan diturunkannya hujan, "(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan dari pada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit .... "

Kisah serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad yang sampai kepada Anas ibn Malik. Ia mengatakan: Abu Thalhah menceritakan: Kami tiba-tiba mengantuk. Padahal, saat itu kami tengah berada di barisan-barisan kami untuk menghadapi perang Badar. Aku termasuk salah seorang yang dilanda rasa kantuk itu hingga pedang yang ada di genggamanku terjatuh dan kemudian aku mengambilnya. Namun, pedang tersebut kembali terjatuh dan aku pun mengambilnya

Allah juga memberikan nikmat yang begitu besar kepada kaum Muslimin, yaitu dengan menciptakan perselisihan di tengah-tengah barisan musuh mereka. Tentang hal ini, Ahmad menuturkan: Sesungguhnya Atabah ibn Rabi'ah telah membujuk beberapa orang dari kaumnya untuk meninggalkan peperangan dengan mengingatkan mereka tentang akibat dan bahaya yang akan melanda mereka. "Ketahuilah, sesungguhnya kaum muslimin nanti itu akan berjuang mati-matian hingga titik darah penghabisan," ucapnya memberi alasan. Mendengar hal itu, Abu Jahal menuduh Rabi'ah ketakutan.

Sementara itu, Bazzar menceritakan: Saat itu Atabah berkata kepada kaumnya, "Sesama saudara akan saling membunuh satu sama lain. Sungguh, hal itu akan meninggalkan kepahitan yang tak akan pernah hilang selamanya." Maka, Abu Jahal pun menuduhnya takut. Tentu saja, ia tak terima dengan tuduhan itu. Lalu ia memanggil saudara laki-laki dan putranya untuk bermain anggar dengan dirinya dengan satu lawan dua.

Saat itu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam melihat Atabah sedang mengendarai unta merah. Kemudian, beliau bersabda, "Bila mereka ingin selamat, seharusnya mereka mengikuti perkataan si penunggang unta merah itu. Sungguh, bila mereka mendengar perkataannya, niscaya mereka akan selamat." Akan tetapi, Allah berkehendak lain. Mereka mengingkari dan tidak mematuhi saran Atabah. Dan sarannya itu terpotong oleh dendam kesumat Abu Jahal terhadap Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dan kaum muslimin.

Sumber: As-Sirah an-Nabawiyyah fii Dhau'I al-Mashaadir al-Ashliyyah: Diraasah Tahliiliyyah

PERANG BADAR KUBRA BAG.I (SEBAB TERJADINYA PERANG)

Posted by Han on

Alkisah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menerima kabar bahwa sebentar lagi kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan akan melintas dari perjalanan pulang mereka dari Syam. Maka, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam mengumpulkan kaum muslimin dan kemudian bersabda kepada mereka, "Kafilah bangsa Quraisy sebentar lagi akan lewat. Mereka pasti membawa harta. Maka pergilah kalian untuk memerangi mereka! Semoga Allah memberikan kalian kekuatan untuk mengkocar-kacirkan mereka."

Sementara itu, Abu Ayyub al-Anshari meriwayatkan: Pada saat kami berada di Madinah, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku telah mendapatkan kabar bahwa kafilah Abu Sufyan tak lama lagi akan datang dari Syam. Maka, sepakatkah kalian bila kita menghadang dan menyerang mereka? Sebab, bisa jadi Allah akan memberikan kita kekuatan untuk mengambil harta rampasan dari mereka." Kami menja¬wab, "Ya, kami sepakat." Lalu beliau pun berangkat dan kami ikut bersama beliau."

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam saat itu tidak mengajak seluruh kaum muslimin; untuk pergi berperang. Beliau hanya mengajak orang-orang yang hadir di hadapan beliau waktu itu. Bahkan, beliau saat itu sempat tidak mengizinkan orang-orang dari dataran tinggi Madinah untuk datang ke perkumpulan itu. Maka dari itu, beliau pun juga tidak mencela siapa saja yang tidak hadir dan tidak mengikuti peperangan ini."

Jumlah kekuatan kaum muslimin saat itu adalah 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang.1211 Mereka berja¬lan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta.

Alkisah, Abu Lubabah dan Ali ibn Abi Thalib saat itu satu kelom¬pok dengan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dengan satu unta. Lalu, ketika giliran. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam untuk berjalan kaki tiba, keduanya berkata, "Kami akan tetap berjalan mengawalmu." Mendengar ucapan itu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Tetapi, kalian berdua tidaklah lebih kuat dariku dan aku bukanlah orang yang mampu memberikan upah kepada kalian."

Di tengah perjalanan, tepatnya ketika mereka baru sampai Rauha, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memanggil Abu Lubabah dan memerin¬tahkannya untuk kembali ke Madinah. Sebelum itu, beliau memerintah¬kan Abdullah ibn Ummi Maktum berazan untuk melaksanakan shalat. Sedangkan orang yang menggantikan posisi Abu Lubabah menemani Rasulullah dalam regunya adalah Martsad ibn Abi Martsad.

Ketika Abu Sufyan menyadari akan bahaya yang mengintai rombongannya, ia mengutus Dhamdham ibn Amru al-Ghaffari agar pulang ke Mekah untuk meminta bala bantuan dari bangsa Quraisy. Dhamdham pun segera pergi ke Mekah.

Sesampainya di Mekah, ia menghentikan untanya sambil menutup hidungnya dan berupaya mengendalikan untanya. Lalu, ia merobek pakaiannya dan kemudian berteriak, "Wahai orang-orang Quraisy! Celaka, celaka! Harta kalian yang ada di Abu Sufyan sedang diintai Muhammad dan para sahabatnya. Aku tidak yakin kalian akan mendapatkannya kembali, maka selamatkanlah, selamatkanlah mereka!"

Orang-orang Quraisy pun bergegas berangkat pergi untuk membantu kafilah mereka. Di samping itu, mereka juga ingin bertemu secara langsung dengan kaum muslimin dalam sebuah pertempuran. Mereka berharap, bahwa pertempuran kali itu akan menyudahi, kekuatan kaum muslimin yang selama ini selalu merintangi jalur perdagangan mereka. Tidak ada satu pun para pembesar bangsa Quraisy yang tidak ikut dalam penyerbuan kali itu selain Abu Lahab. Namun, ia telah mengutus Ash ibn Hisyam untuk menggantikan posisinya. Ash melakukan hal tersebut sebagai ganti dari hutang yang dimilikinya yang berjumlah sekitar 4.000 dirham. Selain Abu Lahab, tidak ada satu pun keturunan bangsa Quraisy yang tidak hadir dalam peperangan tersebut kecuali Bani Adi.

Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.

Ketika merasa khawatir dengan ancaman Bani Bakar yang akan melakukan tindakan makar karena permusuhan suku ini terhadap bangsa Quraisy selama ini, kaum Quraisy hampir saja kembali ke Mekah dan mengurungkan niat mereka. Akan tetapi, tiba-tiba Iblis muncul dengan menyamar sebagai Suraqah ibn Malik al-Madlaji, pemimpin Bani Kinanah. Ia berkata kepada orang-orang Quraisy, "Aku adalah pendukung kalian dari Bani Kinanah. Dan aku menjamin tidak akan ada serangan apapun terhadap kalian dari Bani Kinanah." Lalu, Mereka pun dengan mantap meninggalkan kota Mekah sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampung-kampung dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia, serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Anfal: 47)

Alkisah, tiga hari sebelum kedatangan Dhamdham ibn Amru di Mekah untuk menyampaikan pesan Abu Sufyan, Atikah binti Abdul Muthalib telah memimpikan peristiwa tersebut. Ia berkata, "Aku melihat seorang laki-laki datang dengan menunggang untanya. Kemudian, ia berdiri di sebuah lembah yang sangat luas dan berkata, 'Wahai ahli Badar, berangkatlah untuk berperang selama tiga hari."

Lalu ia menceritakan mimpi itu sebagaimana berikut: Aku melihat orang itu mengambil sebongkah batu besar dan menjatuhkannya dari puncak gunung. Maka, batu itupun meluncur ke bawah hingga hancur berkeping-keping. Akibatnya, setiap rumah atau bangunan yang kemasukan oleh kepingannya pun hancur.

Dalam kisah ini diceritakan pula bantahan Abbas terhadap Abu Jahal ketika ditanya, "Mengapa semua ini bisa terjadi!", keinginannya untuk mencibir Abu Jahal dan keacuhan Abu Jahal terhadapnya ketika Dhamdham datang dan mengajak bangsa Quraisy untuk mencegah kaum muslimin untuk merampas kafilah mereka. Demikianlah, akhirnya mereka pun bersiap-siap dan kemudian pergi menuju Badar. Dan Allah membenarkan mimpi Atikah tersebut.

Abu Sufyan selalu teringat dengan berbagai bahaya yang berulang kali akan dilancarkan kaum muslimin terhadap dirinya. Karena itu, ketika kafilahnya sudah hampir mendekati Badar, ia menemui Majdi ibn Amru dan menanyakan keberadaan pasukan Rasulullah. Majdi mengatakan, bahwa dirinya baru saja melihat dua orang pengendara unta menderumkan kedua untanya di atas anak bukit. Lalu, keduanya menuangkan air ke tempat minum mereka dan kemudian pergi lagi.

Maka, Abu Sufyan bergegas mendatangi tempat menderumnya kedua unta mereka dan mengambil kotoran keduanya. Lalu, ia meremukkannya hingga mengetahui bahwa kedua unta itu berasal dari Madinah. Lantas, dengan cepat Abu Sufyan mengalihkan rombongannya dari jalan utama yang biasa mereka lalui dan terletak di sebelah kiri Badar. Kemudian, ia membawa kafilahnya menyusuri jalan di tepi pantai yang berada di bagian Barat. Walhasil, akhirnya ia selamat dari bahaya yang mengancamnya. Setelah itu, ia mengirim surat susulan kepada pasukan bangsa Quraisy yang tengah berada di Juhfah. Di dalam surat itu, ia memberitahukan keselamatannya dan mempersilahkan mereka untuk kembali ke Mekah.

Pasukan kaum kafir Mekah pun bersiap-siap untuk kembali. Akan tetapi, Abu Jahal menolak langkah itu. "Demi tuhan! Kita tidak boleh pulang sebelum kita sampai di Badar dan menetap di sana selama tiga hari. Kita akan menyembelih kambing, makan, minum khamr, dan dihibur oleh para penyanyi wanita. Ini, kita lakukan agar orang¬-orang Arab (kaum muslimin) mengetahui keberadaan, arah perjalanan, dan tujuan kita, sehingga mereka tidak berani lagi mengusik kita selamanya. "

Seluruh pasukan Mekah mengikuti perintah Abu Jahal tersebut, kecuali Akhnas ibn Syariq. Ia bersama kaumnya dari Bani Zahrah kembali ke Mekah. Selain Akhnas, Ali ibn Abi Thalib juga ikut kembali ke Mekah. Pasalnya, sebuah pembicaraannya dengan kaum Quraisy, mereka telah menuduh Bani Hasyim masih menjalin hubungan kekerabatan dengan Muhammad.

Lalu, bangsa Quraisy terus berjalan sampai mendekati wilayah Badar. Tepatnya, di balik bukit pasir pada bagian bibir lembah paling jauh, sampai ke bagian lembah Badar.

Ketika kedatangan pasukan Quraisy di Badar ini sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, beliau berunding dengan para sahabatnya tentang langkah apa yang harus mereka lakukan. Ternyata, salah satu kelompok dari pasukan kaum muslimin merasa khawatir bahwa mereka belum siap menghadapi perang sebesar itu. Karena, menurut mereka ini, kekuatan kaum muslimin belum memiliki kemampuan dan perbekalan yang cukup untuk menghadapi perang tersebut. Demikianlah, mereka terus medebat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam

"Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu dengan kebenaran sesudah nyata ( bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu)." (QS. Al-Anfal: 5-6) untuk meyakinkan pandangan mereka terhadap beliau. Maka dari itu, Allah berfirman, Kemudian, para pemimpin pasukan Muhajirin angkat bicara. Mereka mendukung pendapat yang menyatakan mereka harus tetap berangkat bertempur menyerang kaum Quraisy. Pendapat ini terlontar dari Abu Bakar, Umar, dan Miqdad ibn Amr. Salah satu perkataan Miqdad adalah, "Rasulullah, laksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu, kami akan selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan mengulangi perkataan Bani Israel kepada Musa, 'Berpe¬ranglah kamu dan Tuhanmu, karena kami akan tetap diam di sini!' Sungguh, kami hanya akan berkata, 'Pergilah kamu dan Tuhanmu, dan sesungguhnya para pasukan perang telah bersiap menyertai kalian berdua! Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya kamu membawa kami ke sebuah tempat yang tertutup (telah dikepung musuh) pun, niscaya kami akan tetap berperang bersamamu tanpa memperdulikan mereka semua'."

Dalam riwayat lain, mereka berkata, "Kami tidak akan mengu¬capkan kata-kata yang diucapkan oleh kaum Musa, 'Pergilah engkau dan Tuhanmu. Berperanglah kalian berdua!' Sebab, sesungguhnya kami akan berperang di samping kanan, kiri, depan, dan belakangmu." Ucapan Miqdad tersebut membuat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bahagia.

Setelah mendengar pernyataan beberapa pemimpin pasukan kaum Muhajirin, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam berkata, "Wahai orang-orang, siapa lagi yang akan melontarkan pendapatnya kepadaku?" Pertanyaan ini Rasulullah maksudkan untuk memancing pendapat dan pandangan dari para pemimpin pasukan Anshar. Sebab, mereka adalah bagian terbesar dari tentara Islam waktu itu. Di samping itu, karena perjanjian Aqabah Kubra pada dasarnya juga tidak mewajibkan masyarakat Anshar untuk melindungi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam di luar kota Madinah.

Lantas, Sa'ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun angkat suara. Ia memahami maksud perkataan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam tersebut. Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, "Demi Allah, benarkah yang engkau maksudkan adalah kami?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Benar." Maka Sa'ad berkata, "Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu 'alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu. Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau memper¬temukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah."

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam merasa bahagia dengan ucapan Sa'ad tersebut hingga beliau semakin bersemangat. Kemudian, beliau berkata, "Berjalanlah kalian (menuju medan perang) dan beritahukan berita gembira ini. Karena, Allah telah menjanjikan kepadaku akan memberi salah satu dari kedua belah pihak. Demi Allah, sekarang ini aku seperti melihat tempat kekalahan kaum (Quraisy)." Lalu, mereka pun berangkat.

Sumber: As-Sirah an-Nabawiyyah fii Dhau'I al-Mashaadir al-Ashliyyah: Dirasah Tahliiliyyah

PELAJAR SMU MEMELUK AGAMA ISLAM

Posted by Han on

Aku pernah bekerja sebagai seorang guru olah raga di salah satu sekolah SMU di kota Fort Mead wilayah Maryland di negara Amerika. Aku mengajar lima kelas berbeda di sekolah itu. Mulai dari kelas sembilan (tiga SMP) sampai dengan kelas dua belas (tiga SMU), masing-masing lokal berjumlah sekitar 40 orang murid.

Pada suatu hari seorang murid bernama James meminta izin ingin bertemu denganku. Ia bukanlah salah seorang murid dari kelas yang aku tangani. Ia meminta izin melalui salah seorang muridku. Ketika aku menemuinya di kantor, ia bertanya tentang perkara-perkara pokok dalam Islam. Lantas aku memberikan jawaban yang ringkas. Selanjutnya ia kembali menemuiku dan meminta keterangan tambahan tentang hal itu. Aku bertanya kepadanya, "Apakah pertanyaan ini ada hubungannya dengan pelajaran ilmu kemasyarakatan yang sedang engkau pelajari?" Jawabnya bahwa ia telah membaca sebuah buku tentang Islam di perpustakaan sekolah yang memunculkan perasaan ingin tahunya tentang Islam.

Negara Amerika membuat peraturan adanya pemisahan antara urusan agama dan negara. Aku beritakan bahwa pembicaraan tentang masalah ini secara panjang lebar kurang tepat dilakukan di sekolah umum. Oleh karena itu aku mengundangnya untuk menikmati makanan ringan di restoran yang ada di dekat sekolah. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dariku tentang Islam dan tauhid, terlihat bahwa ia banyak mengambil faedah dari pertemuan itu.

Pada waktu itu usia James masih 16 tahun. Ada beberapa ganjalan yang masih menggelayuti pikiranku. Pertama, ia belum mencapai usia dewasa. Jika kedua orang tuanya tahu bahwa ia serius mempelajari Islam dan selalu berbincang denganku, tentu mereka akan melarangnya. Di samping itu, kota Fort Mead tidak lebih sebuah kota kecil tempat pangkalan angkatan bersenjata dan masih termasuk wilayah militer. Aku berfikir jangan-jangan yang demikian itu dapat menimbulkan problem, karena ayah pemuda itu bekerja di pangkalan tersebut.

Walau demikian, aku masih sering bertemu dengannya di restoran itu. Setiap kali pertemuan, aku memberikan penjelasan yang lebih luas agar ia mendapat faedah lebih banyak. Kemudian muncul keinginannya untuk mengunjungi masjid tempat kaum muslimin melaksanakan shalat. Maka aku pun membawanya ke masjid kota Laurel yang berdampingan dengan kota Fort Mead. Masjid tersebut tidak lebih dari sebuah rumah kuno. Kaum muslimin setempat merubah bentuknya untuk kepentingan ibadah. Di sana aku mengajarkannya tata cara mengerjakan shalat yang membuat dirinya semakin tertarik dan takjub, karena shalat merupakan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Rabb semesta alam SWT.

Kemudian James mengabarkan kepadaku tentang keinginannya untuk memeluk agama Islam dan menanyakan apa yang harus ia lakukan. Aku katakan caranya mudah, hanya dengan sebuah ucapan. Walau antusiasnya memeluk agama Islam sangat besar, tidak lupa aku sampaikan kepadanya bahwa dosa terbesar yang diemban seorang hamba ketika bertemu dengan Rabbnya ialah dosa seorang yang murtad dari agama Islam. Oleh karena itu ia harus menambah pengetahuannya tentang Islam dan amalan yang telah Allah wajibkan baik yang berkaitan dengan tauhid atau perkara ibadah, agar ia memeluk agama Islam atas dasar kesadaran dan ilmu.

Beberapa hari kemudian ia kembali mendatangiku. Dengan anugerah dan nikmat Allah serta dengan keinginan dan pilihan sendiri ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah itu dengan mengendarai mobilku, sekali dalam seminggu aku mengajaknya untuk melaksanakan shalat di masjid sekaligus untuk mendengarkan ceramah agama. Aku juga mulai mengajarinya huruf-huruf Arab dan dengan mudah dapat ia kuasai. Lantas aku lanjutkan dengan mengajarinya membaca al-Qur'an hingga ia mampu membacanya. Kemudian muncul keinginannya untuk mempelajari adzan. Setelah ia berhasil menguasainya, ia ingin memperaktekkannya di masjid sebagaimana yang telah diajarkan. Pengaruh adzan yang ia dengar dan yang ia kumandangkan terlihat jelas pada dirinya.

Pada suatu hari aku mengajaknya pergi ke masjid. Aku tercengang ketika melihat ia keluar tidak memakai pakaian Amerika tapi malah mengenakan pakaian gamis. Apatah lagi masyarakat sekitarnya sudah mengetahui kalau aku sering mengunjungi rumahnya dan menemaninya pergi ke masjid. Mereka menanggapinya dengan perasaan tidak suka. Aku katakan kepadanya bahwa penampilan seperti ini akan mengundang banyak perhatian. Seorang muslim boleh memakai kemeja dan celana di saat melaksanakan shalat. Setelah aku selesai berbicara, ia memandangku dan menjawab dengan santai, "Ya ustadz Ahmad, imanmu lemah." Aku bertanya, "Apakah kedua orang tuamu melarangmu memakai gamis tersebut?" Ia jawab bahwa kedua orang tuanya tidak menghalanginya dan mereka memahami bahwa ini semua adalah keinginan dan pilihanku sendiri. Ia juga menyebutkan bahwa ibunya memasak daging halal secara terpisah sebagai penghormatan terhadap dirinya yang tidak boleh memakan daging babi atau bangkai. Aku menjadi tenang mendengar itu semua.

Beberapa waktu kemudian, ia mendatangiku dengan membawa permintaan yang lain. Waktu itu ia masih duduk di jenjang SMU. Ia ingin merubah namanya dengan nama Islami. Aku katakan hal itu tidak mesti selama namamu sekarang tidak terlarang dalam syariat. Begitu juga dengan memakai nama yang asing di kalangan teman-teman Amerikanya mungkin tidak membantunya dalam usaha untuk mendakwahi mereka ke dalam Islam. Atau mungkin di antara mereka ada yang menyangka bahwa ia harus menukar namanya jika ingin memeluk agama Islam. Jika mereka mengetahui hal itu mungkin mereka akan mencuekinya. Namun ia menjawab dengan ucapannya yang lalu, "Ya ustadz Ahmad... imanmu lemah." Sejak itu namanya berubah menjadi James Husain Abeba. Kelihatannya namanya yang terakhir diambil dari nama orang Afrika yang banyak dipakai oleh bangsa Amerika berkulit hitam.

Setelah berhasil menyelesaikan jenjang SMU, ia mulai mencari pekerjaan di saat liburan musim panas. Ia mendapat sebuah pekerjaan sebagai penerima tamu di salah satu klinik milik seorang dokter wanita muslimah. Ia banyak mengisi waktunya dengan membaca, karena klinik tersebut baru berdiri sehingga tugas yang dilakukan masih sedikit dan tidak banyak menyita waktu.

Pada suatu kali, aku mendapat kesempatan untuk melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan. Ini merupakan kali pertama aku menghabiskan bulan Ramadhan di kota Mekkah al-Mukarramah dan Kota Madinah Rasulullah SAW, bulan yang penuh berkah ini. Di balik kegembiraanku dapat melaksanakan Ied bersama kaum muslimin di kota Mekkah, aku masih mencemaskan pemuda (James) yang sedang sendirian di sana. Aku juga menanyakan keadaannya kepada beberapa teman yang ada di masjid. Mereka katakan bahwa ia masih tetap rutin datang, bahkan ia ikut melaksanakan i'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan di masjid itu.

Ketika aku pulang, aku menanyakan beritanya dan aktifitas yang telah ia lakukan. Namun ia tidak menyinggung sedikitpun tentang i'tikaf yang telah ia laksanakan.

Selanjutnya ia memasuki sebuah universitas dan memilih bidang sejarah Islam. Aku juga mendapat khabar bahwa ia menikahi seorang muslimah India. Akivitas yang ia lakukan berupaya mempersatukan mahasiswa muslim yang belajar di kampusnya. Setelah menyelesaikan bangku kuliah, ia bekerja sebagai staf pengajar di salah satu sekolah Islam yang ada di kota Chicago. Dan, setelah itu beritanya terputus.

(SUMBER: SERIAL KISAH-KISAH TELADAN karya Muhammd bin Shalih al-Qahthani sebagai yang dinukil dari buku ‘Allah Memberi Hidayah Kepada Siapa yang DikehendakiNya’, karangan Imtiyaz Ahmad [Aslinya berbahasa Arab])

PARA MALAIKAT MENOLONG NABI DAN SAHABATNYA DALAM PERANG AL-AHZAB

Posted by Han on

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.

Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan (al-Ahzab:9). Al-Allamah bin Katsir berkata, "Allah SWT berfirman memberitahukan nikmat, keutamaan, dan kebaikan-Nya yang telah dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam menghadapi dan mengalahkan musuh-musuhnya pada saat mereka terkepung.

Hal itu terjadi pada tahun Khandaq, bulan Syawal tahun kelima Hijriah dalam pendapat yang sahih dan masyur."Musa bin Aqabah dan lain-lainnya berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun keempat Hijriah.

Adapun yang menjadi menjadi sebab pengepungan tersebut adalah bahwa seorang pemuka Yahudi banin Nadhir yang telah diusir Rasulullah saw. dari kota Madinah ke Khaibar, di dalamnya termasuk Salam bin Abi al-Haqiq, Salam bin Masykam dan Khanah ibnar Rabi', keluar menuju kota Mekah. Mereka berkumpul dengan para pemuka Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah saw. dan menjanjikan kemenangan serta bantuan dari kelompok mereka sendiri. Kaum Quraisy menyetujui usulan mereka dan bersama-sama keluar untuk mengajak kaum Ghathfan bergabung.

Mereka juga menyepakati usulan tersebut. Setelah itu, kaum Quraisy keluar bersama para sekutunya dibawah pimpinan Abu Sufyan Shakhar bin Harb, dan kaum Ghathfan dibawah pimpinan Uyainah bin Hushun bin Badar dengan kekuatan sebesar sepuluh ribu orang.Begitu Rasulullah saw. mendengar bergeraknya mereka untuk melakukan penyerangan, beliau segera memerintahkan kaum muslimin untuk menggali khandaq (lubang) di sekitar kota Madinah yang berhadapan ke timur kota. Hal itu beliau lakukan atas saran Salmah al-Farisi r.a. Dengan penuh ketekunan kaum muslimin bersama Rasulullah saw. bekerja keras menggali dan memindahkan tanah serta batu-batu.

Beberapa waktu kemudian, kaum musyrikin datang membuat kamp di sebelah timur kota di dekat Uhud. Lalu salah satu kelompok dari mereka turun ke dataran tinggi kota Madinah, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an, "(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan bawahmu." (al-Ahzab:10) Rasulullah saw. keluar bersama kaum muslimin yang berkekuatan sekitar 3000 orang, ada yang mengatakan 700 orang.

Mereka menyandarkan punggung masing-masing ke bongkahan batu/tanah. Sementara, wajah mereka menghadap ke arah datangnya musuh. Sedangkan khandaq di depan mereka tidak lebih dari sebuah lubang tanpa air yang memisahkan antara mereka dan menghalangi pasukan berkuda dan pejalan kaki untuk sampai kepada mereka, serta menempatkan kaum wanita dan anak-anak di dalam benteng kota.Bani Quraizhah adalah salah satu kelompok Yahudi yang memiliki benteng di sebelah timur kota Madinah dan terikat perjanjian serta jaminan dengan Rasulullah saw.

Jumlah kekuatan mereka sekitar 800 laskar. Lalu Huyai bin Akhthab an-Nadhari pergi menemui mereka dan membujuknya untuk bersama-sama menyerang Rasulullah saw. Ia tidak beranjak dari sana hingga mereka mengkhianati perjanjian yang dibuatnya dan bergabung mengepung Rasulullah saw. dan kaum muslimin.

Kini urusannya semakin besar, persoalan semakin rumit, dan keadaan semakin kritis, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Di situlah diuji orang-orang mukmin, dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat dasyat." (al-Ahzab:11) Mereka tetap tinggal di sana melindungi Rasulullah saw. dan para sahabatnya selama hampir satu bulan. Hanya saja kaum musyrikin belum sampai kepada mereka dan tidak terjadi pertempuran antara mereka.Lalu Amrun bin Abdi Wuddin al-'Amri salah seorang pasukan berkuda dan pahlawan pemberani yang tersohor pada zaman jahiliah, bersama beberapa orang prajurit berkuda melintasi khandaq dan berhasil menuju ke arah kaum muslimin. Rasulullah saw. segera memerintahkan beberapa prajurit berkuda untuk menghadapinya. Namun, tidak ada seorangpun yang menuruti perintahnya. Lalu beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib r.a. yang segera keluar menghadapinya.

Untuk beberapa saat keduanya bertempur hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib berhasil membunuhnya. Dan ini adalah pertanda kemenangan. Lalu Allah mengirimkan angin topan yang berhembus sangat dasyat ke arah para pengepung hingga tidak ada sebuah tenda pun yang tersisa dan tanpa nyala api.

Akhirnya, mereka semua lari meninggalkan ketakutan dan menderita kerugian, sebagaiman firman Allah SWT. "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan." (al-Ahzab:9)

Firman Allah SWT, "Wa junuudun lam tarauhaa," menurut Ibnu Katsir adalah para malaikat yang membuat mereka (kaum musyrikin) terguncang dan menyusupkan rasa kaget dan takut ke dalam hati mereka. Pada saat itu, setiap kepala kabilah berkata, "Wahai bani Fulan kemarilah kepadaku." Dan mereka pun berkumpul kepadanya dan berkata, "Keselamatan, keselamatan" karena Allah menimpakan ketakutan ke dalam hati mereka.

PANGLIMA ROMAWI YG BERTOBAT

Posted by Han on

Dalam kegemparan terjadinya peperangan Yarmuk, salah seorang panglima Romawi yang bermana George memanggil Khalid bin Walid. Kedua orang panglima itu saling mendekat sampai kedua kepala kuda mereka saling bertemu. Kepada Khalid, George bertanya: "Wahai Khalid, aku meminta kamu berbicara dengan jujur dan jangan berdusta sedikitpun, kerana Tuhan Yang Maha Mulia tidak pernah berdusta, dan jangan pula kamu menipuku, karana sesungguhnya orang yang beriman itu tidak akan berdusta di sisi Allah."

"Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan," kata Khalid.

"Apakah Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW sebuah pedang dari langit kemudian diberikannya kepadamu sehingga jika kamu pakai pedang itu untuk berperang, pasti kamu akan menang?"

"Tidak!" Jawab Khalid.

"Apakah sebabnya kamu digelar dengan Saifullah (Pedang Allah)?" Tanya George.

Khalid menjawab: "Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, seluruh kaumnya sangat memusuhinya termasuk juga aku, aku adalah orang yang paling membencinya. Setelah Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, maka aku pun masuk Islam. Ketika aku masuk Islam Rasulullah SAW menerimaku dan memberi gelaran kepadaku "Saifullah" (pedang Allah)."

"Jadi tujuan kamu berperang ini untuk apa?" Tanya George. "Kami ingin mengajak kamu supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah dan kami juga ingin mengajak kamu untuk mempercayai bahwa segala apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah benar." Jawab Khalid.

George bertanya: "Apakah hukumannya bila orang itu tidak mahu menerimanya?"

Jawab Khalid: "Hukumannya adalah harus membayar jizyah, maka kami tidak akan memeranginya."

"Bagaimana kalau mereka tidak mahu membayar?" Tanya George.

"Kami akan mengumumkan perang kepadanya," kata Khalid bin Walid.

George bertanya: "Bagaimanakah kedudukannya jika orang masuk Islam pada hari ini?"

Khalid menjawab: "Di hadapan Allah SWT, kita akan sama semuanya, baik dia orang yang kuat, orang yang lemah, yang dahulu maupun yang kemudian masuk Islam."

"Apakah orang dahulu masuk Islam kedudukannya akan sama dengan orang yang baru masuk?" Tanya George.

Khalid menjawab: "Orang yang datang kemudian akan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang terdahulu, sebab kami yang terlebih dahulu masuk Islam, menerima Islam itu ketika Rasulullah SAW masih hidup dan kami dapat menyaksikan turunnya wahyu kepada baginda. Sedangkan orang yang masuk Islam kemudian tidak menyaksikan apa yang telah kami saksikan. Oleh kerana itu siapa saja yang masuk Islam yang datang terakhir maka dia akan lebih mulia kedudukannya, sebab dia masuk Islam tanpa menyaksikan bukti-bukti yang lebih meyakinkannya terlebih dahulu."

George bertanya: "Apakah yang kamu katakan itu benar?" "Demi Allah, sesungguhnya apa yang aku katakan itu adalah benar,"jawab Khalid.

George berkata: "Kalau begitu aku akan percaya kepada apa yang kamu katakan itu, mulai saat ini aku bertaubat untuk tidak lagi memusuhi Islam dan aku menyatakan diri masuk ke dalam agama Islam, wahai Khalid tolonglah ajarkan aku tentang Islam."

Lalu Khalid bin Walid membawa George ke dalam khemahnya, kemudian menuangkan air ke dalam timba untuk menyuruh George bersuci dan mengerjakan solat dua rakaat.

Ketika Khalid bersama dengan George masuk ke dalam khemah, maka tentara Romawi mengadakan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam. Setelah selesai mengerjakan solat, maka Khalid bin Walid bersama dengan George dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu kaum Muslimin mengerjakan solat Zohor dan Asar dengan isyarat saja.

Dalam pertempuran itu, George yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan solat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keIslamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya. Semoga Allah menempatkan George ke dalam golongan orang-orang yang mati syahid. Amin.

Paku Di Tiang

Posted by Han on

Beberapa ketika yang silam, ada seorang ikhwah yang mempunyai seorang anak lelaki bernama Mat. Mat membesar menjadi seorang yang lalai menunaikan suruhan agama. Meskipun telah berbuih ajakan dan nasihat,suruhan dan perintah dari ayahnya agar Mat bersembahyang, puasa dan lain-lain amal kebajikan, dia tetap meninggalkannya.Sebaliknya amal kejahatan pula yang menjadi kebiasaannya.

Kaki judi, kaki botol, dan seribu satu macam jenis kaki lagi menjadi kemegahannya. Suatu hari ikhwah tadi memanggil anaknya dan berkata, "Mat, kau ni terlalu sangat lalai dan berbuat kemungkaran. Mulai hari ini aku akan pacakkan satu paku tiang di tengah halaman rumah kita. Setiap kali kau berbuat satu kejahatan,maka aku akan benamkan satu paku ke tiang ini. Dan setiap kali kau berbuat satu kebajikan, sebatang paku akan kucabut keluar dari tiang ini."

Bapanya berbuat sepertimana yang dia janjikan, dan setiap hari dia akan memukul beberapa batang paku ke tiang tersebut. Kadang-kadang sampai berpuluh paku dalam satu hari. Jarang-jarang benar dia mencabut keluar paku dari tiang.

Hari bersilih ganti, beberapa purnama berlalu, dari musim ribut tengkujuh berganti kemarau panjang. Tahun demi tahun beredar.Tiang yang berdiri megah di halaman kini telah hampir dipenuhi dengan tusukan paku-paku dari bawah sampai ke atas. Hampir setiap permukaan tiang itu dipenuhi dengan paku-paku. Ada yang berkarat lepat dek kerana hujan dan panas. Setelah melihat keadaan tiang yang bersusukan dengan paku-paku yang menjijikkan pandangan mata, timbullah rasa malu. Maka dia pun berazamlah untuk memperbaiki dirinya. Mulai detik itu, Mat mula sembahyang. Hari itu saja lima butir paku dicabut ayahnya dari tiang. Besoknyas sembahyang lagi ditambah dengan sunat-sunatnya.Lebih banyak lagi paku tercabut. Hari berikutnya Mat tinggalkan sisa-sisa maksiat yang melekat. Maka semakin banyaklah tercabut paku-paku tadi. Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Mat lakukan dan semakin banyak maksiat yang ditinggal, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang tinggal melekat di tiang.

Maka ayahnyapun memanggil anaknya dan berkata: "Lihatlah anakku, ini paku terakhir, dan akan aku cabutkannya keluar sekarang. Tidakkah kamu gembira?" Mat merenung pada tiang tersebut, tapi disebalik melahirkan rasa gembira sebagai yang disangkakan oleh ayahnya, dia mula menangis teresak-esak. "Kenapa anakku?" tanya ayahnya, "aku menyangkakan tentunya kau gembira kerana semua paku-paku tadi telah tiada."Dalam nada yang sayu Mat mengeluh, "Wahai ayahku, sungguh benar katamu, paku-paku itu telah tiada,tapi aku bersedih parut - parut lubang dari paku itu tetap kekal ditiang, bersama dengan karatnya."

Rakan yang dimuliakan, Dengan dosa-dosa dan kemungkaran yang seringkali diulangi hinggakan menjadi suatu kebiasaan ,kita mungkin boleh mengatasinya, atau secara beransur-ansur menghapuskannya,tapi ingatlah bahawa parut-parutnya akan kekal. Dari itu, bilamana kita menyedaridiri ini melakukan suatu kemungkaran,ataupun sedang diambang pintu habit yang buruk, maka berhentilah serta-merta. Kerana setiap kali kita bergelimang dalam kemungkaran, maka kita telah membenamkan sebilah paku lagi yang akan meninggalkan parut pada jiwa kita, meskipun paku itu kita cabut kemudiannya. Apatah lagi kalau kita biarkan ianya berkarat dalam diri ini sebelum dicabut. Lebih-lebih lagilah kalau dibiarkan berkarat dan tak dicabut.Wassalam.

ORANG BERIMAN

Posted by Han on

Imam Ahmad meriwayatkan dari Jarir bin Adullah dia berkata, "Kami pergi bersama Rasulullah saw.. Setelah kami meninggalkan Madinah, tiba-tiba ada seorang penunggang menuju ke arah kami. Rasulullah saw. bersabda, Sepertinya penunggang itu ada keperluan kepadamu.? Akhirnya, tibalah penunggang itu pada kami seraya memberi salam. Kami pun menjawab salamnya. Rasulullah saw. Bertanya kepadanya, Dari mana engkau? Dia menjawab, "Dari istriku, anakku, dan keluargaku. Beliau bertanya, Hendak ke mana kamu? Dia menjawab, Hendak menemui Rasulullah. Beliau bersabda, Kamu telah menjumpainya. Dia berkata, Ajarkanlah kepadaku apakah iman itu? Beliau bersabda, Hendaklah kmau bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, bahwa Muhammad merupakan Rasul Allah, kamu pun harus mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan beribadah haji ke Baitullah. Dia berkata, Sungguh aku mengakui "

Jarir melanjutkan, "Kemudian kaki depan unta orang itu masuk ke dalam lubang tikus yang besar sehingga unta pun terperosok, demikia pula orang itu terjatuh dengan kepala terbentur hingga ia mati. Maka Rasulullah bersabda, Saya harus menolong orang itu! Maka Amar bin Yasir dan Hudzaifah bin al-Yaman meloncat untuk memburu Nabi saw. Lalu keduanya mendudukkan beliau seraya berkata, Ya Rasulullah, orang itu sudah meninggal. "

Jarir berkata, "Maka Rasulullah berpaling dari kedua sahabat itu, lalu bersabda kepada keduanya, Apakah kamu berdua tidak melihat keberpalinganku dari orang itu? Sungguh saya melihat dua malaikat menyuapkan buah surga ke mulut orang itu sehingga tahulah saya bahwa dia mati dalam keadaan lapar! Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, Orang ini termasuk orang-orang yang disifati Allah dalam firman-Nya, "

Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman. Kemudian beliau melanjutkan, Bawalah saudaramu itu! Maka kami pun membawanya ke air, memandikannya, melumurinya dengan obat, mengafaninya, dan membawanya ke kubur.

Lalu, datanglah Rasulullah saw. Kemudian beliau duduk di pinggir kubur dan bersabda, Buatlah lahad (relung di lubang kubur) dan jangan membuat galian di tengah-tengah, sebab lahad itu untuk umat Islam sedang lubang di tengah untuk agama lain."

Posted by Han on

ORANG BERIMAN

Imam Ahmad meriwayatkan dari Jarir bin Adullah dia berkata, "Kami pergi bersama Rasulullah saw.. Setelah kami meninggalkan Madinah, tiba-tiba ada seorang penunggang menuju ke arah kami. Rasulullah saw. bersabda, Sepertinya penunggang itu ada keperluan kepadamu.? Akhirnya, tibalah penunggang itu pada kami seraya memberi salam. Kami pun menjawab salamnya. Rasulullah saw. Bertanya kepadanya, Dari mana engkau? Dia menjawab, "Dari istriku, anakku, dan keluargaku. Beliau bertanya, Hendak ke mana kamu? Dia menjawab, Hendak menemui Rasulullah. Beliau bersabda, Kamu telah menjumpainya. Dia berkata, Ajarkanlah kepadaku apakah iman itu? Beliau bersabda, Hendaklah kmau bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, bahwa Muhammad merupakan Rasul Allah, kamu pun harus mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan beribadah haji ke Baitullah. Dia berkata, Sungguh aku mengakui "

Jarir melanjutkan, "Kemudian kaki depan unta orang itu masuk ke dalam lubang tikus yang besar sehingga unta pun terperosok, demikia pula orang itu terjatuh dengan kepala terbentur hingga ia mati. Maka Rasulullah bersabda, Saya harus menolong orang itu! Maka Amar bin Yasir dan Hudzaifah bin al-Yaman meloncat untuk memburu Nabi saw. Lalu keduanya mendudukkan beliau seraya berkata, Ya Rasulullah, orang itu sudah meninggal. "

Jarir berkata, "Maka Rasulullah berpaling dari kedua sahabat itu, lalu bersabda kepada keduanya, Apakah kamu berdua tidak melihat keberpalinganku dari orang itu? Sungguh saya melihat dua malaikat menyuapkan buah surga ke mulut orang itu sehingga tahulah saya bahwa dia mati dalam keadaan lapar! Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, Orang ini termasuk orang-orang yang disifati Allah dalam firman-Nya, "

Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman. Kemudian beliau melanjutkan, Bawalah saudaramu itu! Maka kami pun membawanya ke air, memandikannya, melumurinya dengan obat, mengafaninya, dan membawanya ke kubur.

Lalu, datanglah Rasulullah saw. Kemudian beliau duduk di pinggir kubur dan bersabda, Buatlah lahad (relung di lubang kubur) dan jangan membuat galian di tengah-tengah, sebab lahad itu untuk umat Islam sedang lubang di tengah untuk agama lain."